GMKI DAN POLITIK
(Pesan penggembalaan PP GMKI bagi civitas
gerakan menghadapi tahun politik 2013)
Mendefenisikan politik
secara teoritik akan melahirkan banyak tafsir. Hal itu akan sangat tergantung
pada mazhab mana kita meninjaunya. atau pada tokoh/pakar yang mana kita
gandrung mendalami dan memaknai politik. Meski demikian, pada akhirnya hampir
semua teori dan praktek politik berkutat seputar kekuasaan dan mengelolah
kekuasaan itu. Dalam pendekatannya sendiri, pendiri GMKI secara subtantif
menjelaskan pemahamanannya tentang politik sebagai etika untuk melayani. Dengan
demikian politik yang kita (GMKI) pahami sangat jauh sekali dari konsep
kekuasaan sebagaimana dipahami oleh kebanyakan orang.
Sebelum melihat lebih
jauh tentang agenda politik yang harus dan hendak kita lakukan menjelang pemilu
2014, mari kita mengurai terlebih dahulu agenda politik Yesus Kristus sebagai
kepala Gerakan. Setelah Yesus menunaikan Puasa di Padang gurun ia kemudian
datang ke Nazareth dan masuk ke rumah ibadat. Di sana Ia secara lantang dan
tanpa keraguan menyatakan deklarasi politiknya. Tentunya konteks ini tidak bisa
dilepaskan dari simbol perlawanan terhadap kekuasaan bangsa Romawi pada waktu
itu. Terkesan berani dan provokatif terhadap pemerintah waktu itu. Ia
menegaskanya agenda pembebasannya dan keberpihakannya kepada kaum yang lemah.
“Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19).
Ia menyampaikan pesan
tersebut setelah melalui masa sulit dan sukar yaitu berpuasa di padang gurun.
Bahkan pada masa – masa itu, Ia harus melalui masa pencobaan yang sangat berat.
Membutuhkan telaah yang lebih fokus untuk mengurai kembali pencobaan yang telah
dilewati oleh Yesus, namun poin utama kita pada bagian ini adalah Ia berhasil
melewati semuanya. Artinya Ia tidak bersoal lagi dengan masalah moral dan
relasi spiritualnya dengan Bapa di Sorga sebelum memulai pelayanannya. Ia
menyampaikan agenda pembebasan, kabar baik dan tahun rahmat Tuhan tanpa harus
takut kehilangan kekuasaan dan afiliasi politik dengan penguasa Romawi pada
waktu itu.
Pada bagian lain, Ia
menegaskan keberpihakanNya dalam pelayanan politik yang langsung kepada
orang-orang terpinggirkan dan dilupakan. Ia mempersonifikasikan dirinya sebagai
orang miskin, lapar, haus, tidak mempunyai pakaian bahkan sebagai orang yang
membutuhkan tumpangan. Secara tegas Ia menyatakan bahwa dengan melayani
kelompok-kelompok terlupakan seperti itulah maka kita telah melayani Dia. Yesus
sadar dan tidak terlibat dalam perebutan kekuasaan. Ia menjelaskan dengan
bahasa sederhana yang lebih mudah dipahami dengan uang persembahan yakni
memberikan kepada kaisar yang kaisar punya dan kepada Allah apa yang harus
diberikan padaNya (bdk Mat 22:21). Ia menjalankan politik moral pada satu sisi
namun tidak mengatakan bahwa pemerintahan kaisar merupakan sesuatu yang salah
dan tidak pantas diikuti. Justru Ia menegaskan bahwa ada bagian-bagian yang
wajib dipenuhi kepada kaisar.
Tahun 2013 merupakan
tahun politik bagi bangsa Indonesia. Jargon tersebut lahir karena memang tahun
ini merupakan momentum bagi partai politik mengkonsolidasi diri menghadapi
pemilihan umum tahun 2014. Ada dua agenda penting pemilihan umum Republik
Indonesia pada tahun mendatang yakni pemilihan anggota Legislatif dan pemilihan
presiden/wakil Presinden. Meski pemilihan umum baru akan diselenggarakan
pada tahun depan, namun tahapan formal proses politik pemilu sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang pemilu nomor 8 tahun 2012 sudah harus dimulai
tahun ini bahkan sejak 2012 lalu.
Jika melihat amanat
Undang-Undang tersebut, maka sekitar 6700 orang akan terlibat secara praktis
sebagai calon anggota DPRI dan ribuan lainnya di tingkatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kebutuhan sumberdaya yang tergolong besar tersebut kadang kala
memaksa partai politik untuk merekrutnya dari organisasi
kemahasiswaan/kepemudaan/kemasyarakatan termasuk GMKI. Adalah kebanggaan bagi
GMKI jika kader dan anggotanya dipandang sebagai sumber daya manusia yang
handal untuk menjalankan peran-peran politik bagi perbaikan kehidupan
masyarakat melalui jalur legislatif. GMKI memandang kesempatan tersebut sebagai
momentum bagi kader GMKI untuk menjalankan peran profetisnya sekaligus
menyampaikan suara kenabiannya.
Sebagai warga negara
yang baik, GMKI (Anggota/kader) harus ada dan terlibat secara nyata dalam
keseluruhan proses politik tersebut. Tanpa bermaksud mereduksi kualitas politik
kekuasaan yang juga dijalankan oleh kaisar pada jamannya, maka keteladanan
Yesus Kristus bisa menjadi pedoman bagi kita. Ia bahkan berani mengumandangkan
agenda pembebasan dan keberpihakan kepada kaum lemah tanpa harus takut
kehilangan afiliasi politik pada penguasa Romawi. Fungsionaris Pengurus Pusat
dan Badan Pengurus Cabang serta Komisariat GMKI bukanlah Yesus Kristus yang
sempurna itu. Tetapi GMKI yang menjalankan pelayanan-pelayanan Yesus di masa
kini dipersonifikasikan oleh fungsionaris tersebut.
GMKI telah melahirkan
sangat banyak kader untuk dipersiapkan menjadi pelaku politik yang handal
dan melayani. Dalam aktivitas organisasi dalam rangka penyiapan kader itu
sering disebut sebagai panca kegiatan GMKI. Mereka dipersiapkan untuk memiliki
kualitas iman, ilmu dan pengabdian yang tinggi. Mereka disiapkan dengan menjadi
kader yang matang spiritualitas, integritas dan profesional mengerjakan
tugas-tugasnya. Fungsionaris bertanggungjawab penuh untuk melayani kader
dan anggotanya itu selama dipersiapkan menuju medan layan. Keberhasilan
fungsionaris pengurus tidak sekedar dilihat saat ia berhasil menggapai jabatan
politik tertentu, tetapi juga sejauh mana ia mempersiapkan kader-kader
GMKI untuk menjawab panggilan pelayanan termasuk di bidang politik. Pada saat
yang bersamaan, fungsionaris (PP/BPC/Komisariat) menjadi aktor utama lembaga
dalam menyampaikan suara kenabiannya. Fungsionaris juga atas nama GMKI, harus
berani menyampaikan pesan-pesan profetiknya tanpa harus takut kehilangan
jabatan atau kehilangan afiliasi politik kekuasaan pribadinya. Fungsionaris
sebagai personifikasi lembaga harus berani menyampaikan pesan politik moral dan
seruan untuk kebenaran, keadilan bahkan keteladanan tanpa terganggu oleh
kepentingan politik kekuasaan orang per orang tertentu. Arti salib bagi GMKI
dalam lencana organisasi adalah, bahwa GMKI harus berjuang dan berkorban
untuk memperbaharui kehidupan manusia dan masyarakat, menyelamatkan
mereka- mereka yang menderita, yang mendapat tekanan ekonomi, politik, dan
pemerkosaan hak – hak asasi manusia, baik di tengah – tengah kehidupan,
perguruan tinggi maupun di tengah – tengah kehidupan masyarakat luas.
Untuk menjalankan perjuangan itu secara maksimal maka akan sulit dilaksanakan
jika ternyata tekanan ekonomi dan politik itu datang dari partai politik
berkuasa dimana fungsionaris GMKI terafiliasi di dalamnya.
Salah satu kekhasan
dari kader GMKI adalah integritas yakni selarasnya kata dan tindakannya. Saat
menyatakan diri bersedia menjadi fungsionaris GMKI (Pengurus Pusat / Badan Pengurus
Cabang / Komisariat), maka segala konsekuensi Masa Bakti telah dipikirkannya
termasuk menghadapi momentum pemilu legislatif dan Presiden/Wakil Presiden.
Mengambil komitmen dan konsisten menjalankannya adalah sesuatu yang berat
namun sangat mendasar bagi kader GMKI. Oleh karena itu, dalam situasi tahun
politik sebagaimana dituliskan diatas haruslah fungsionaris menegaskan dirinya
untuk konsisten pada komitmen awalnya melayani Tuhan sebagai fungsionaris GMKI
atau menjadi satu dari banyak kader yang disiapkan untuk menyampaikan pesan
profetik melalui jalur politik praktis dengan mengafiliasikan dirinya sebagai
bagian dari anggota/pengurus partai politik atau menjadi calon anggota
legislatif dan calon Presiden/Wakil Presiden dari partai politik tertentu.
Dalam Anggaran Dasar
GMKI pasal 5 ayat (1) diterangkan secara fulgar bahwa organisasi ini adalah
organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan bagian dari organisasi
politik. Sekali lagi bahwa personifikasi lembaga GMKI melekat pada diri fungsionarisnya.
Sehingga tegasnya ialah, fungsionaris tersebut juga tidak merupakan bagian dari
organisasi politik. Bersifat gerejawi artinya bahwa afiliasi resmi dari
organisasi ini adalah Gereja. Gereja yang dimaksud ialah Gereja yang
menjalankan panggilan kesaksian, persekutuan dan pelayanan dan GMKI menjadi
bagian di dalamnya. Status GMKI dalam hal ini berarti
bahwa GMKI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat gerejani. Ia
berafiliasi dan seaspirasi dengan gereja karena dari sana ia lahir.
GMKI adalah bagian dari gereja itu sendiri yang berada di tengah –
tengah perguruan tinggi untuk melaksanakan tugas – tugas gereja. Sekali
lagi bahwa wibawa dan personifikasi dari organisasi GMKI terletak pada
fungsionarisnya. Tafsir dan pandangan sejumlah anggota terhadap kemungkinan
untuk terafiliasi dengan partai politik tertentu masih sering untuk
diperdebatkan. Jika kemungkinan itu ada maka saatnya belum sekarang untuk
melegalkan afiliasi tersebut (setidaknya sebelum AD dirubah).
Dengan demikian ada
dua jalur politik yang bisa diperankan oleh GMKI menghadapi tahun politik 2013
dan pemilu 2014. Keduanya yakni politik pada level moral (high politics) yang
dikerjakan oleh lembaga melalui fungsionarisnya dan politik praktis (low
politics) yang dikerjakan oleh kader-kadernya yang diutus menjadi anggota
partai politik/calon anggota legislatif/DPD dan atau calon Presiden/Wakil
Presiden. Politik moral haruslah tidak terkait dengan kepentingan partai
politik atau kepentingan politik tertentu. Dengan demikian harus dikerjakan
oleh orang – orang yang bebas nilai dari partai politik tertentu. Melalui jalur
ini, GMKI bisa menyuarakan kebenaran, keadilan serta keteladanan secara ideal
tanpa terikat pada kepentingan kelompok/partai tertentu. Sementara itu, politik
praktis dapatlah dikerjakan oleh anggota biasa/luar biasa dan kader GMKI yang
tidak lagi terikat secara kelembagaan sebagai pengurus/fungsionaris. Berpolitik
praktis (tidak pragmatis) bukanlah sesuatu yang salah sebagaimana Yesus
mengakui keberadaan kaisar. Justru dengan berpolitik praktis tersebut, akan
lebih banyak fungsi-fungsi profetik dan kenabian yang bisa kita jalankan.
Dari ulasan diatas,
maka dengan ini diserukan kepada seluruh civitas GMKI di seluruh tanah air:
1.
Bagi anggota biasa/luar biasa yang mempunyai
kapabilitas/kapasitas untuk menjadi anggota legislatif/DPD pada semua tingkatan
atau presiden/wakil presiden agar mengambil bagian secara aktif dalam proses
politik baik sebagai anggota partai politik, calon anggota legislatif/DPD
maupun calon Presiden/Wakil Presiden tahun 2013/2014. Kader GMKI tetap harus
melihat peran politik yang dilakukannya sebagai etika untuk melayani dan bukan
untuk berkuasa. Tindakan tersebut perlu dipandang sebagai upaya melanjutkan
perjuangan mengejawantahkan visi organisasi yakni: terwujudnya kedamaian,
Kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia
berdasarkan kasih. Untuk proses ini perlulah kita semua saling menopang dalam
doa dan daya yang kita miliki.
2.
Kepada Fungsionaris organisasi baik Pengurus Pusat, Badan
Pengurus Cabang maupun Pengurus Komisariat untuk melakukan peran-peran profetik
dan menyuarakan kebenaran, keadilan serta keteladanan pada level politik yang
lebih tinggi, termasuk didalamnya dalam memberi pendidikan politik kepada
masyarakat. GMKI baik secara kelembagaan maupun para pengurusnya memandang
pemilihan umum 2014 sebagai momentum strategis untuk perbaikan bagi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan. Oleh karena itu, GMKI pada seluruh tingkatan perlu
secara sadar dan aktif untuk melakukan pencerdasan dan pendidikan politik bagi
masyarakat agar memilih wakil-wakilnya secara tepat dan bertanggungjawab.
Untuk melakukan peran-peran itu secara maksimal, maka fungsionaris
tersebut tidak dibenarkan untuk terlibat maupun terafiliasi dengan partai
politik atau kepentingan politik manapun.
3.
Mengingatkan kembali komitmen fungsionaris organisasi pada saat
menyatakan kesiapan diri mengemban tugas pelayanan organisasi. Terlebih khusus
pada siapa saja diantara kita yang diiming-imingi jabatan politik tertentu saat
masih mengemban tugas pelayanan. Perlu diingat bahwa kita bukanlah orang
pertama dan mungkin bukan orang yang terakhir menghadapi dilema tersebut.
Pengalaman empirik sudah membuktikan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan
mengenai kesempatan akan datang. GMKI yang telah menciptakan sangat banyak
kader yang setia serta konsisten pada komitmennya dan ternyata berkat
tersendiri sudah disediakanNya. Meski pilihan ini berat tetapi yakinlah bahwa
kepala gerakan akan memampukan.
4.
GMKI secara kelembagaan baik tingkat pusat maupun tingkat cabang
tidak terlibat dan tidak mendukung kepentingan politik baik orang per orang
maupun partai politik tertentu manapun.
Demikianlah pesan ini
kami sampaikan seraya tetap berdoa kiranya Tuhan Yesus menguatkan kita semua
untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan secara baik. Teriring salam dan doa,
Ut
Omnes Unum Sint!
Pengurus Pusat GMKI
Masa Bakti 2012-2014
Sumber : PP GMKI